Dalam lingkup pelayanan kesehatan dasar, Instalasi Farmasi memiliki peran penting sebagai pusat pengelolaan obat dan alat kesehatan. Di Puskesmas Rejowinangun Trenggalek, tanggung jawab ini diemban dengan serius. Namun, dalam praktiknya, pengelolaan farmasi tidak lepas dari berbagai tantangan, terutama terkait ketersediaan obat yang tepat jumlah dan jenisnya, penyimpanan sesuai standar, serta edukasi penggunaan obat kepada pasien.
Salah satu persoalan yang sering timbul adalah keterlambatan distribusi obat akibat kendala logistik, keterbatasan gudang penyimpanan yang sesuai standar suhu tertentu, hingga kurangnya kesadaran masyarakat dalam menggunakan obat secara rasional. Hal ini dapat berdampak pada kualitas pelayanan dan potensi risiko bagi pasien.
Selain itu, masih dijumpai pasien yang tidak memahami cara penggunaan obat, menghentikan pengobatan sebelum waktunya, atau mencampurkan penggunaan obat medis dengan bahan tradisional tanpa petunjuk tenaga medis. Kondisi ini dapat menurunkan efektivitas terapi dan meningkatkan risiko komplikasi.
Menjawab tantangan tersebut, Instalasi Farmasi Puskesmas Rejowinangun melakukan berbagai pembenahan dan inovasi. Pertama, dilakukan peningkatan manajemen stok obat dengan pendekatan sistematis berbasis teknologi informasi sederhana. Setiap penerimaan dan pengeluaran obat dicatat secara real time menggunakan sistem logistik internal yang terintegrasi dengan data pelayanan pasien.
Kedua, unit farmasi mengimplementasikan sistem penyimpanan berbasis prinsip keamanan farmasi, seperti pemisahan obat berdasarkan golongan, pengelompokan berdasarkan suhu penyimpanan, serta rotasi stok dengan metode FIFO (First In First Out). Petugas farmasi juga rutin melakukan inspeksi untuk memastikan obat tidak kedaluwarsa dan tetap dalam kondisi layak pakai.
Dari sisi pelayanan, Instalasi Farmasi memperkuat fungsi konseling obat yang dilaksanakan langsung oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pasien diberikan penjelasan secara lisan maupun tertulis mengenai cara minum obat, efek samping yang mungkin muncul, serta interaksi dengan makanan atau obat lain.
Selain itu, kegiatan edukasi kepada masyarakat juga digencarkan melalui program penyuluhan di posyandu dan kegiatan masyarakat lainnya. Edukasi ini bertujuan membangun budaya penggunaan obat yang bijak dan sesuai anjuran medis, serta mendorong masyarakat berkonsultasi sebelum membeli atau mengonsumsi obat tertentu.
Instalasi Farmasi Puskesmas Rejowinangun tidak berjalan sendiri. Unit ini berkoordinasi erat dengan petugas medis dan nonmedis lainnya, terutama dalam menangani kasus-kasus penyakit kronis yang membutuhkan pemantauan penggunaan obat secara berkala. Kolaborasi juga dilakukan dengan pihak dinas kesehatan daerah dalam pelatihan dan pengawasan mutu pelayanan kefarmasian.